Senin, 08 November 2010

Sejarah Sastra Indonesia

Sastra Indonesia adalah sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra di Asia Tenggara. Istilah "Indonesia" sendiri mempunyai arti yang saling melengkapi terutama dalam cakupan geografi dan sejarah poltik di wilayah tersebut. Secara luas Sastra Indonesia merujuk pada sastra yang akar bahasanya merupakan Bahasa Melayu. Jika dilihat dari urutan periodenya, sastra Indonesia terbagi menjadi beberapa angkatan :

1. Angkatan Pujanggga Lama

Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikasian karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya satra di dominasi olehsyair, pantun, gurindam dan hikayat. Pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya adalah bagian dari negara Indonesia yang menganut budaya Melayu dengan unsur Islam yang cukup kental. Hamzah Fansuri adalah yang pertama di antara penulis-penulis utama angkatan Pujangga Lama.

2. Angkatan Sastra Melayu Lama

Karya Satra Melayu Lama dihasilkan pada tahun 1870 – 1942. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat.

Contoh Karya Sastra Melayu Lama :
  • Cerita Nyi Paina
  • Cerita Nyonya Kong Hong Nio
  • Nyai Isah oleh F. Wiggers
  • Syair Java Bank DirampokHikayat Siti Mariah oleh Hadji Moekti (indo


3. Angkatan Balai Pustaka

Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini. alai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi,bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Bila dilihat dari banyaknya karya tulis yang dihasilkan, maka Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai Raja Angkatan Balai Pustaka. Novel- novel di Indonesia pada saat itu sering di sebut Novel Sumatera karena kebanyakan pengarangnya berasal dari pulau Sumateram khususnya di Minangkabau.
Contoh sastra di angkatan ini diantaranya:
  • Siti Nurbaya (1922)
  • Dara Muda (1927)
  • Azab dan Sengsara (1920)
Cinta yang Membawa Maut (1926)

4. Angkatan Pujangga Baru

Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis. Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Selain itu pada angkatan ini Sutan Takdir Alisyahbana beserta kedua rekannya Amir Hamzah dan Armijn Pane menerbitkan majalah pujangga baru.
Pada masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu :
  1. Kelompok "Seni untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah
  2. Kelompok "Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yang dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.
Sastra karya Sutan Takdir Alisyahbana diantaranya :
  • Dian Tak Kunjung Padam (1932)
  • Tebaran Mega - kumpulan sajak (1935)
  • Layar Terkembang (1936)
  • Anak Perawan di Sarang Penyamun (1940)
5. Angkatan 1945

Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik-idealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan angkatan '45 memiliki konsep seni yang diberi judul "Surat Kepercayaan Gelanggang". Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan '45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Selain Tiga Manguak Takdir, pada periode ini cerpen Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma dan Atheis dianggap sebagai karya pembaharuan prosa Indonesia.

6. Angkatan 1950- 1960-an

Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, Sastra.

7. Angkatan 1966- 1970-an

Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan Mochtar Lubis. Pada periode ini muncul karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd. Beberapa satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C. Noer, Darmanto Jatman, Arief Budiman, Goenawan Mohamad,Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail, dan banyak lagi yang lainnya.

8. Angkatan 1980- 1990-an

Pada periode ini karya satra ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum. Adapun sastrawan yang berkarya pada periode ini diantaranya adalah Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.

9. Angkatan Reformasi

Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar reformasi. Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Penyair yang semula tidak pernah membahas sosial politik pada akhirnya di masa Refomasi mereka turut serta menulis karyanya yang berbau Reformasi. Mereka diantaranya Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan Hartono Benny Hidayat

10. Angkatan 2000-an

Korrie Layun Rampan adalah seorang sastrawan yang mencetuskan lahirnya "Sastrawan Angkatan 2000". Buku yang ditulisnya tentang ”Angkatan 2000” diterbitkan oleh Gramedia pada tahun 2000. banyak cerpenis, novelis, eseis, serta penyair dimasukan Korrie ke dalam Angkatan 2000, diantaranya adalah Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany.

REFERENSI

  • Yudiono (5 November 2010). Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: Grasindo. hlm. 167.
  • Mahayana, Maman S, Oyon Sofyan (5 November 1991). Ringkasan dan Ulasan Novel Indonesia Modern. Jakarta: Grasindo. hlm. 370.
  • http://www.cybersastra.net/

Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "Sejarah Sastra Indonesia"

Posting Komentar