Selasa, 19 Januari 2010

Sajak Ahlulbait



Duhai hatiku,
‘ku selalu bahagia bila mengenang salaf,
yakni keluargaku , dan orang-orang seperti keluarga ku,
salaf maupun kholaf

Dengan mereka hati ini merasa mulia, dimabuk cinta,
Jika ku ingat sifat mereka, maka berderailah air mata.
Sifat mereka membuat yang menyifatkan tak kuasa

Betapa banyak diantara mereka telah tersingkap sirnya
Keutamaan, keindahaan dan keelokan
semua terhimpun dalam diri mereka

Wahai keluargaku,
di sisi ALLAH kalian mempunyai kedudukan yang tinggi dan mulia
Siapa pun masuk dalam benteng kalian
tak akan takut, tak akan jera
Dan siapun dekat dengan kalian,
meraih semua yang berharga

Wahai yang telah mencapai sifat yang mulia
Sholawat selalu tercurah kepadamu,
Juga kepada keluarga, sahabat dan para pecintamu

Semoga kami bersama kalian selalu
tak menyimpang seperti mereka yang menyimpang

(Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi)

Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

1 komentar: on "Sajak Ahlulbait"

elfan mengatakan...

Dlm Al Quran yang menyebut 'ahlulbait', rasanya ada 3 (tiga) ayat dan 3 surat.

1. QS. 11:73: Para Malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan kebrkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait. Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah".

Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya, maka makna 'ahlulbait' adalah terdiri dari isteri dari Nabi Ibrahim.

2. QS. 28:12: Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusukan(nya) sebelum itu; maka berkatalah Saudara Musa: 'Maukahkamu aku tunjukkan kepadamu 'ahlulbait' yang akan memeliharanya untukmu, dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?

Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya, maka makna 'ahlulbait' adalah meliputi Ibu kandung Nabi Musa As. atau ya Saudara kandung Nabi Musa As.

3. QS. 33:33: "...Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu 'ahlulbait' dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya".

Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya QS. 33: 28, 30 dan 32, maka makna para ahlulbait adalah para isteri Nabi Muhammad SAW. Sedangkan ditinjau dari sesudah ayat 33 yakni QS. 33:34, 37 dan 40 maka penggambaran ahlulbaitnya jadi mencakup keluarga besar Nabi Muhammad SAW. para isteri dan anak-anak beliau.

Coba baca catatan kaki dari kitab: Al Quran dan Terjemahannya, maka ahlulbaik yaitu hanya ruang lingkup keluarga rumah tangga MUHAMMAD RASULULLAH SAW. Rumah tangga Nabi Muhammad SAW itu yang bagaimana?

Dan jika kita kaitkan dengan makna ketiga ayat di atas dan bukan hanya QS. 33:33, maka ruang lingkup ahlul bait tersebut sifatnya universal menjadi:

1. Kedua orang tua Saidina Muhammad SAW, sayangnya kedua orang tua beliau ini disaat Saidina Muhammad SAW diangkat sbg 'nabi' sudah meninggal terlebih dahulu.

2. Saudara kandung Saidina Muhammad SAW, tapi sayangnya saudara kandung beliau ini, tak ada karena beliau 'anak tunggal' dari Bapak Abdullah dengan Ibu Aminah.

3. Isteri-isteri beliau.

4. Anak-anak beliau baik perempuan maupun laki-laki. Khusus anak lelaki beliau, sayangnya tak ada yang hidup sampai anaknya dewasa, sehingga anak lelakinya tak meninggalkan keturunan.

Seandainya ada anak lelaki beliau yang berkeluarga, ada anak lelaki pula, wah ini masalah pewaris tahta 'ahlul bait' akan semakin seru. Mungkin inilah salah satu mukjizat atau hikmah, mengapa Saidina Muhammad SAW tak diberi oleh Allah SWT anak lelaki sampai dewasa dan berketurunan?. Pasti, perebutan tahta ahlul baitnya akan semakin dahsyat jadinya.

Bagaimana tentang pewaris tahta 'ahlul bait' dari Bunda Fatimah?. Ya jika merujuk pada QS. 33:4-5, jelas bahwa Islam tidaklah mengambil garis nasab dari perempuan kecuali bagi Nabi Isa Al Masih yakni bin Maryam. Lalu, apakah anak-anak Bunda Fatimah dengan Saidina Ali boleh kita nasabkan kepada nasabnya Bunda Fatimah, ya jika merujuk pada Al Quran tidak bisalah.

Kalaupun kita paksakan, bahwa anak Bunda Fatimah juga ahlul bait, karena kita mau mengambil garis dari perempuannya (Bunda Fatimah), maka ya seharusnya pemegang waris tahta ahlul bait diambil dari anak perempuannya seperti Zainab, bukan Hasan dan Husein sbg penerima warisnya.

Jadi sistim nasab yang diterapkan itu tidan sistim nasab berzigzag, setelah nasab perempuan lalu lari kembali ke nasab laki-laki.

Posting Komentar